JARAN KEPANG & GENERASI Z: ANTARA IDENTITAS
KULTURAL & STRATEGI BUDAYA
Ade Muhamad Baihaq1, M Nahda Wafian Salam2
Pendahuluan
Indonesia memiliki budaya dan seni tradisional yang begitu banyak,
tersebar disetiap sudut daerah dari Sabang sampai Merauke. Budaya dan seni
tradisional rakyat merupakan hasil dari refleksi cara hidup sehari-hari masyarakat
yang bersumber pada mitos, sejarah atau cerita rakyat yang memiliki nilai-nilai
yang bersifat profan atau sakral dan biasanya diwariskan secara turun-temurun dari
generasi ke generasi (Rostiyati, 2003). Budaya dan seni tradisional merupakan
peninggalan leluhur yang harus tetap dilestarikan, karena memiliki peranan penting
yakni sebagai identitas bangsa yang mampu menyatukan dan menunjukkan jati diri
bangsa.
Kesenian dan kebudayaan merupakan satu kesatuan utuh dimana keduanya
tercipta dari budi dan akal manusia yang diungkapkan dengan penuh keelokan.
Namun seiring berjalannya waktu dimana modernisasi yang semakin marak, esensi
dari kesenian sudah tidak hanya digunakan untuk berbagi cerita semata namun
sudah mulai berkembang menjadi salah satu industri pariwisata daerah yang sangat
menjanjikan. Salah satu contoh kesenian yang masih eksis sampai sekarang yaitu
kesenian tari Jaran Kepang Putra Rogojati, kesenian tersebut merupakan kesenian
rakyat yang terdapat di Desa Jojogan, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten
Pemalang.
Menurut Stamford Raffles dalam bukunya History of java seni tari jaran
kepang sendiri lahir di lingkungan masyarakat dengan kultur agraris, tarian ini
menjadi bagian dari salah satu ritual yang dilakukan oleh masyarakat terdahulu
untuk menunjukkan rasa syukur atas semua yang telah diberikan oleh sang
pencipta. Jaran kepang merupakan kesenian tari yang menggunakan media
anyaman bambu berbetuk kuda. Unsur magis terasa sangat kuat ditandai dengan
gerakan para penarinya yang tidak terkontrol. Keunikan kesenian tari jaran kepang
dipemalang adalah dengan adanya inovasi seperti adanya adegan cukup unik dimana ada dua atau tiga orang pemain dijadikan manusia setengah robot yang bisa
duduk atau berdiri berjam-jam lamanya.
Adanya kesenian tari jaran kepang menunjukan kekayaan budaya di
kabupaten Pemalang dan menjadi simbol identitas Kabupaten Pemalang, sudah
semestinya para generasi muda melestarikan kesenian tersebut. Generasi yang
bertanggung jawab melestarikan kesenian sebagai warisan leluhur yang terdapat di
Kabupaten Pemalang adalah Generasi Z. Generasi Z atau Gen Z merupakan orang
yang lahir pada kurun Tahun 1995 - 2010. Mereka disebut penduduk asli era
digital, karena lahir di dunia digital dengan teknologi lengkap Personal Computer
(PC), ponsel, perangkat gaming dan internet.
Keahlian menguasai teknologi oleh Gen Z diharapkan mampu membawa
kesenian tradisional daerah pada level internasional melalui platform media sosial,
namun pada kenyataanya kesenian tradisional lama kelamaan terkikis ditelan arus
kesenian modern yang lebih di gemari oleh generasi Z. Bahkan tidak menutup
kemungkinan banyak kawula muda yang tidak tahu dengan kesenian dari daerahnya
sendiri. Hal seperti ini mungkin dampak dari beberapa faktor, salah satunya makin
santernya arus kebudayaan dan kesenian barat melalui platform media sosial. Tak
jarang kawula muda beranggapan bahwa kesenian tradisional dianggap kuno dan
ketinggalan zaman.
Persoalan yang terjadi merupakan tuntutan dunia global, pewarisan
kesenian tradisional mengalami hambatan yang cukup signifikan. Seiring dengan
derasnya arus modernitas menjadi salah satu ancaman bagi kesenian tradisional
yang lambat laun ditinggalkan oleh kawula muda. Lantas bersamaan dengan hal
tersebut, tentu harus ada sebuah inovasi yang dapat mengangkat kesenian
tradisional di kalangan kawula muda. Diperlukan strategi kreatif dan inovasi guna
melestarikan kesenian tradisional yang sudah menjadi ruh kehidupan bagi
masyarakat terdahulu. Dari latar belakang tersebut penulis mengangkat tulisan ini
dengan judul “Jaran Kepang & Generasi Z: Antara Identitas Kultural & Strategi
Budaya”.
Pembahasan
Kesenian adalah segala sesuatu keindahan yang diciptakan oleh manusia
yang dapat membangun perasaan dan persaudaraan bagi dirinya dan orang lain.
Istilah seni berasal dari bahasa "sanskerta" yaitu sani yang diartikan pemujaan,
persembahan dan pelayanan yang erat dengan upacara keagamaan yang disebut
kesenian. Seni juga menjadi Identitas diberbagai daerah, bahkan terkadang seni
menunjukkan seberapa daerah tersebut dipandang oleh masyarakat/daerah lain.
Bertolak dari tuntutan dunia global, pewarisan tradisi-tradisi untuk
menopang dan mempertahankan kolektivitas sosial mengalami hambatan yang
cukup signifikan. Salah satu penghambat proses pewarisan tradisi di era
pascamodernitas adalah memudarkan identitas kultural yang selama ini melekat
pada diri masyarakat pendukung. Atas pertimbangan itulah, pada subbab ini akan
diuraikan dua hal, yakni(1) identitas kultural Masyarakat dan (2) strategi inovasi
kesenian tradisional dalam bentuk multimedia.
Identitas kultural Masyarakat Kabupaten Pemalang
Masyarakat Kabupaten Pemalang terdiri dari berbagai macam etnik dan multikultural, secara tradisional latar belakang kebudayaan di kabupaten Pemalang lebih ditentukan tipologi kebudayaan masyarakat petani dan nelayan. Tipologi masyarakat petani misalnya, adalah masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tinggal di pedesaan dan bermata pencaharian sebagai petani, dan mereka sejak lama terikat dalam suatu ikatan tradisi dan perasaan. Dengan terus memegang tradisi dan perasaan itulah, maka mereka menganggap bahwa dunia pertanian dan dirinya merupakan bagian yang saling berhubungan erat. Mereka bekerja di sawah bukan semata-mata untuk mencari keuntungan, tetapi lebih cenderung untuk mencukupi keperluan keluarganya yang sederhana atau hak untuk hidup pada paras subsistens (Irianto, 2016).
Sementara tipologi masyarakat nelayan adalah lebih bertolak dari hal-hal
yang melingkupi pekerjaan yang berhubungan dengan laut dan sumber daya yang ada di dalamnya. Laut sebagai tempat kerja dalam satu segi, dan daratan sebagai tempat tinggal, menggambarkan perbedaan-perbedaan sifat antarkeduanya. Karena itu, nelayan pada dasarnya memiliki tingkat adaptasi kepada lingkungan secara baik. Keseluruhan hal itu tidak mudah untuk dikerjakan, oleh karena itu, sebetulnya kaum nelayan pada dasarnya adalahkelompok orang yang memiliki keberanian menghadapi resiko. Pengalaman hidup mencari ikan di lautan, menjadikan nelayan berani berspekulasi.
Kedua tipologi kebudayaan tradisional masyarakat itulah yang telah menentukan identitas kultural Masyarakat Kabupaten Pemalang, namun seiring dengan perkembangan pengetahuan global justru menjadi sulit untuk dipertahankan. Dari sinilah strategi kebudayaan sangat dibutuhkan untuk menentukan arah kehidupan, sebab ia memuat dua fungsi pokok, yaitu sebagai pedoman memperkuat identitas kebudayaan Pemalang dan pedoman dalam pengembangan pengetahuan budaya masyarakat Pemalang yang terus menerus berubah.
Strategi inovasi kesenian tradisional dalam bentuk multimedia
Keberadaan kesenian tradisional seringkali disikapi sebagai ekspresi dan identitas kultural sekaligus berbasis kearifan dan keunikan lokal suatu masyarakat (Irianto, 2015 dan Murphy, 2017). Dengan masuknya arus globalisasi ke Indonesia, kesenian tradisional menghadapi tantangan nilai baru yang melahirkan perangkat–perangkat praktis. Lahirnya perangkat–perangkat praktis yang berbasis informasi, komunikasi, dan teknologi melahirkan industrialisasi yang selalu mengarah pada orientasi pasar. Untuk itulah,diperlukan strategi untuk bisa merevitalisasi kesenian tradisi agar tetap bertahan sekaligus mengimbangi tuntutan globalisasi.
Salah satu strategi yang harus dilakukan yaitu dengan melakukan promosi dan pemasaran yang merambah di dunia media sosial, dalam hal ini adalah dengan
dokumentasi setiap kegiatan kesenian yang dilakukan secara masif, dan memasarkanya melalui platform media sosial seperti Instagram, Tiktok, Youtube,
Website dan media sosial lainya. Desa Jojogan, Kec. Watukumpul, Kabupaten
Pemalang, Jawa Tengah, merupakan salah satu daerah di jawa tengah yang masih
secara masif melestarikan kesenian dalam hal ini tari jaran kepang. Dokumentasi yang dalam hal ini menjadi sebuah wadah guna melestarikan kesenian di daerah
tertentu. Namun disamping melakukan pendokumentasian harus diiringi dengan 2
cara yang dapat dilakukan:
- Culture Experience. Cara ini adalah dengan cara kita terjun langsung untuk mempelajari budaya masing-masing daerah sesuai daerahnya. Contoh kesenian tari jarang kepang di desa jojogan. Hal ini penting untuk dipelajari dari generasi ke kegenari agar tetap lestari sehingga kita dapat memperkenalkan sekaligus mempertontonkan budaya kepada orang banyak bahkan pada dunia.
- Culture Knowledge. Cara ini yaitu dengan membuat pusat informasi kebudayaan masing-masing, sehingga setiap orang dapat dengan mudah untuk menemukan informasi tentang suatu kebudayaan disuatu daerah. Di era modern sekarang ini situs website bisa menjadi alternatif yang mudah untuk dijadikan sarana menyediakan segalan sumber informasi tersebut.
Mempertahankan sesuatu yang sifatnya tradisional dan kuno pada saat ini
mungkin menjadi sebuah hal yang sangat sulit, yang mana banyak anak-anak muda
seperti Generasi Z mulai meninggalkan budaya daerahnya sendiri dan lebih
cenderung gemar mengikuti trend budaya dari luar daerah bahkan luar negeri.
Dengan adanya permasaahan seperti ini menjadi keharusan bagi pemangku
kepentingan terkhususnya dan semua masyarakat desa jojogan pada umumnya
untuk dapat melestarikan keseniaan tari jaran kepang agar tidak tergerus zaman.
Aset seni tari dan kearifan lokal berupa dokumentasi merupakan suatu hal
penting yang dapat dijadikan sebuah ciri khas di desa jojogan Pemalang,
Mengoptimalkan dengan cara mendokumentasikan kegiatan seni budaya dan
kearifan lokal bisa dijadikan sebagai strategi promosi dan pencitraan sosial budaya
bahwa di Pemalang memiliki banyak kesenian dan kebudayaan. Promosi seni
budaya dan kearifan lokal bisa melalui dokumentasi-dokumentasi berupa foto, film
dokumenter, video dokumenter, dan lain-lain. Manfaat dari dokumentasi sendiri
adalah guna media promosi agar seluruh masyarakat Pemalang tau bahwa di desa
jojogan merupakan salah satu desa seni tari jaran kepang yang masih dilestarikan sampai sekarang.
Menumbuhkan dan melestarikan kesenian tradisional sangat penting untuk
meningkatkan kecintaan terhadap budaya lokal. Ditambah dukungan dari
pemerintah daerah setempat untuk menjadikan desa jojogan sebagai desa seni.
Secara tidak langsung dengan dikenalnya desa jojogan sebagai desa seni akan
menarik masyarakat lain untuk mengunjunginya, sehingga bisa menaikan taraf
hidup dan pendapatan desa. Dengan melestarikan kesenian daerah juga akan
menanamkan nilai-nilai kecintaan pada budaya lokal terhadap generasi muda di
masyarakat jojogan secara khusus dan Masyarakat Pemalang secara umum.
Kesimpulan
- Kesenian tradisional Tari Jaran Kepang dalam tulisan berikut dilihat sebagas identitas kultural Masyarakat Kabupaten Pemalang, yang berfungsi secara sosial dan ritual. Kesenian tradisional ini juga dipercaya masyarakat tidak sekedar sebagai hiburan yang menciptakan kegembiraan, namun ia juga menjadi media yang mampu memfasilitasi doa dan harapan mereka.
- Tuntutan globalisasi idealnya harus disikapi sebagai momen yang baik untuk memberi ruang kreatif dan inovatif bagi revitalisasi kesenian tradisional. Generasi Z sebagai pewaris kebudayaan diharapkan ia mampu menciptakan gerakan strategi kebudayaan dan soft diplomacy Kabupaten Pemalang dan membawakanya ke tingkat Nasional dan internasional.
- Culture Experience, pentingnya melestarikan kebudaayaan setiap daerah dari generasi ke generasi dan Culture Knowledge, membuat pusat informasi kebudayaan masing-masing, sehingga setiap orang dapat dengan mudah untuk menemukan informasi tentang suatu kebudayaan disuatu daerah.
- Dapat memanfaatkan perangkat-perangkat praktis guna mendorong industrialisasi kebudayaan yang bertujuan untuk merevitalisasi kesenian tradisional agar tetap bertahan sekaligus mengimbangi tuntutan globalisasi.
Daftar Pustaka
Irianto, Agus Maladi, Suharyo, dan Hermintoyo (2015). “Mengemas Kesenian
Tradisional Dalam Bentuk Industri Kreatif, Studi Kasus Kesenian
Tradisional” (laporan penelitian). Semarang: LPPM Undip. Dapat di akses
di http://eprints.undip.ac.id/54654/
Irianto, Agus Maladi. (2009). ”Media dan Multikulturalisme” dalam
Multikulturalisme Yogyakarta dan Identitas Keindonesiaan,(Editor: Sri
Rahayu Budiarti dan Muslimin A.R. Effendy). Jakarta: Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Irianto, Agus Maladi. (2013). “Mass Media Reality In Indonesia: The Local
Wisdom That Were Marginalized By The TV Broadcast”. Presented
inThe International Seminar on Educationas Media of Socialization
and Enculturation of Local Culture. Held by the Graduate School of
Education and Human Developoment, Nagoya University, Juni 25th .
Irianto, Agus Maladi. (2016b). “Komodifikasi Budaya diEra Ekonomi Global
Terhadap Kearifan Lokal: Studi Kasus Eksistensi Industri Pariwisata
dan Kesenian Tradisional di Jawa Tengah”. Dimuat di Jurnal Theologia.27(1): 212-236 Dapat diakses di https://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/935
Irianto, Agus Maladi. (2010). Membuat Film Dokumenter. Semarang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jateng.
Nugraheni, Marina Catur. (2014).“Analisis Sosiologi Budaya dalam KesenianTradisional TradisionalTri Tunggal Muda Budaya,Dusun Gejiwan,Desa Krinjing,Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang”. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah
Purworejo. 4(5), 71-75.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar